Accelerating Indonesia's Electrification Rate with Smart Solutions | Black & Veatch
Perspective

Accelerating Indonesia's Electrification Rate with Smart Solutions

Accelerating Indonesia's Electrification Rate with Smart Solutions

Access to electricity underlies national economic growth, higher living standards, and national security.

Under President Joko “Jokowi“ Widodo’s leadership, Indonesia is charting a course to achieve a 96 percent electrification rate by 2019. For that to happen, it will require distributing electricity to villages in remote areas.

Installing microgrids in a far-flung group of islands, mountains, and jungle can help Indonesia meet its electrification goal.

A microgrid is a small-scale electrical grid with its own power system. With their stand-alone capacity, these small systems have the flexibility to operate separately from main power grids.

Based on Indonesian regulation ESDM Regulation No. 38/2016, issued to accelerate the electrification to light up villages which do not have electricity, the private sector can provide up to 50 Megawatt (MW) of electricity directly to remote villages. The regulation defines remote villages, located near country borders or on small islands, as undeveloped areas lacking basic infrastructure and having limited economic facilities. Electricity would have to be generated through renewable energy sources found in the areas.

Sun Power

For Indonesia, an optimum microgrid system would be a hybrid of solar photovoltaics supplemented with a small amount of energy storage and diesel generators to handle evening peak demands.

Solar-based microgrids that use photovoltaic cells are ideal for delivering energy to small and medium-sized islands. We are already seeing efforts of this scale on islands such as Papua, where 3,000 villages with some 2.5 million people will be able to enjoy electricity at all hours without blackouts, supported by solar and biomass plants.

One concern for solar microgrids is the need for strong sunlight and back-up battery systems for cloudy days and night-time power supply. Incorporating back-up generation using fossil fuel could be a strategy to alleviate the concerns.

To address the concern and study the potential of microgrids, Black & Veatch developed its own hybrid microgrid system that generates 300 Kilowatt (kW) to power the company’s Innovation Pavilion at its World Headquarters in Overland Park, Kansas. This system is a technology demonstration and platform for developing new offerings for Black & Veatch clients.

As a power grid includes collaboration from asset owners, manufacturers, service providers and governments, a fully functioning power ecosystem will serve as a resilient energy portfolio model to developing countries.

 

 

Terjemahan Bahasa Indonesia

Solusi Pintar untuk Mempercepat Laju Elektrifikasi Indonesia

Akses terhadap listrik merupakan dasar dari pertumbuhan ekonomi nasional, standar kehidupan masyarakat yang layak dan keamanan negara.

Di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo “Jokowi”, Indonesia mencanangkan untuk mencapai laju elektrifikasi 96 persen pada tahun 2019. Dalam mencapai target tersebut, Indonesia perlu mengalirkan listrik untuk menjangkau daerah-daerah terpencil.

Membangun jaringan listrik mikro atau microgrid di daerah terpencil seperti kepulauan, pegunungan dan hutan dapat membantu Indonesia untuk mencapai target elektrifikasi nasional.

Microgrid adalah jaringan listrik berskala kecil dengan sistem pembangkit listrik sendiri. Dengan kapasitasnya system pembangkit yang berdiri sendiri, sistem pembangkit kecil  ini sangat fleksibel untuk dioperasikan secara terpisah dari jaringan listrik utama.  

Berdasarkan Peraturan Kementerian ESDM Republik Indoensia No. 38/2016, yang dikeluarkan untuk mempercepat elektrifikasi untuk menerangi desa-desa yang belum teraliri listrik, pihak swasta dapat menyalurkan listrik hingga 50 Megawatt (MW) secara langsung ke desa-desa terpencil. Berdasarkan peraturan ini, desa terpencil yang dimaksud terletak di daerah perbatasan negara atau di pulau-pulau kecil, yang merupakan daerah tertinggal yang memiliki keterbatasan infrastruktur dasar dan fasilitas ekonomi terbatas. Listrik harus bisa dihasilkan dengan menggunakan sumber energi terbarukan yang terdapat di daerah-daerah tersebut. 

Tenaga Matahari

Bagi Indonesia, sistem microgrid yang optimal adalah gabungan (hybrid) dari fotovoltaik surya yang dilengkapi dengan sistem penyimpanan energi skala kecil dan generator diesel untuk mengatasi pemakaian saat beban puncak di malam hari.

Microgrid berbasis tenaga surya dengan sel fotovoltaik sangat ideal untuk mengalirkan energi ke pulau-pulau berukuran kecil dan menengah. Kita sudah bisa melihat usaha skala ini di pulau-pulau seperti Papua, dimana sekitar 3.000 desa dengan jumlah penduduk 2,5 juta orang yang akan dapat menikmati aliran listrik sepanjang hari tanpa pemadaman dengan dukungan pembangkit listrik tenaga surya dan biomassa.

Satu hal yang perlu diperhatikan mengenai microgrid tenaga surya adalah kebutuhan yang cukup tinggi terhadap cahaya matahari dan sistem baterai cadangan untuk mengantisipasi keterbatasan suplai energi saat musim hujan dan malam hari. Menggunaan pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil dapat menjadi strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan dan mempelajari potensi microgrid, Black & Veatch telah mengembangkan sistem microgrid hybrid berdaya 300 Kilowatt (kW) untuk memasok listrik ke ‘Innovation Pavilion’ di kantor pusat Black & Veatch di Overland Park, Kansas. Sistem ini merupakan platform dan demonstrasi teknologi dalam mengembangkan layanan baru bagi para klien Black & Veatch.

Sebagaimana sebuah jaringan pembangkit listrik yang melibatkan kolaborasi dari pemilik aset, perusahaan manufaktur, penyedia jasa dan juga pemerintah, sistem pembangkit listrik yang berfungsi penuh dan ramah lingkungan akan dapat menjadi sebuah model portofolio energi yang tangguh bagi negara-negara berkembang. 

Meet Black & Veatch

We seek partners in innovation. Let's start the conversation.